.....

Cuaca hari ini sangat panas, rasanya matahari tak lebih dari setengah meter di atas kepala
aku buru-buru memasuki angkot berwarna biru tua yang sedang terparkir di Asten, berharap ada AC di dalamnya dapat sedikit menghilangkan rasa gerah, tapi sejak aku kenal dengan yang namanya angkot, belum pernah aku temui angkot yang di dalamnya terdapat AC

Jam di handphone BlackBerry ku sudah menunjukan pukul 14.45 namun angkot yang akan membawaku ke Cipanas belum ada tanda-tanda akan berangkat (ngetem). Melalui jendela aku melihat laki-laki yang baru saja turun dari bis Bandung-Merak yang sedang mogok memasuki angkot yang kutumpangi, matanya mencari jok yang kosong, hingga dia mendaratkan bokongnya tepat di depan jok yang kutempati

"Di luar panas yah", katanya sambil membuka jendela angkot

Aku bingung, dia sedang berbicara dengan siapa, sedangkan di angkot ini hanya ada dua ibu-ibu dan seorang bapak brewokan yang sedang asik melinting rokoknya.
Tapi setelah dia melihat ke arahku sambil tersenyum dengan gigi gingsulnya, aku baru sadar kalau dia berbicara denganku

"Iya.." jawabku singkat sambil mengeluarkan mp3 dari saku tasku

Dilihat dari penampilannya sepertinya dia anak kuliahan, umurnya pun kira-kira seumuran dengan sepupuku Arif, sekitar 20 atau 21 tahunan

"Pulang ke Cipanas?" tanyanya sambil melepas jaket jeans yang melekat di badannya, kini ia hanya mengenakan kaos hitam

"Iya, kaka pulang ke Cipanas juga?" aku berbalik tanya

"Haha kaka, aku bukan Kak Seto
Engga, aku orang Bandung, aku cuma mau nemuin temen di daerah Cipanas, eh nama kamu siapa?" dia mengulurkan tangannya

Aku melepas headset lalu melihat ke arahnya dengan tatapan menilai

"Iya, jaman sekarang orang jahat dimana-mana, tapi orang baik juga banyak kok" dia berusaha menjawab tatapanku

"Widya.." tanganku menyambut uluran tangannya

"Oval.." balasnya sambil tersenyum

Sedang angkot sudah mulai penuh dan maju perlahan meninggalkan jalanan Asten, tanganku sibuk mencari sesuatu di dalam tasku

"Mau permen?" aku menyodorkan permen, dia terdiam beberapa detik sambil tersenyum

"Iya, jaman sekarang orang jahat dimana-dimana, tapi orang baik juga banyak kok" sambil tangannku masih tetap menyodorkan permen

Dia tertawa "hey itu kata-kataku!" sedetik kemudian permen di tanganku telah berpindah ke tangannya

"Hahaha.." aku tertawa

"Tapi emang bener juga sih, orang jahat itu dimana-dimana, dan yang paling berbahaya adalah orang jahat yang berpura-pura mencintai kita", lanjutku

"Sebentar, ini curhat?" tanyanya

"Terserah kaka menanggapinya seperti apa" jawabku dengan tipikal wanita, 'terserah'

"Hahaha.." dia tertawa

"Tapi bener juga, seperti kata kamu kalo yang paling berbahaya itu yang berpura-pura mencintai kita padahal ingin membuat kita terluka", tambahnya

Angkot berjalan dengan kecepatan yang sedang..

"Kamu pernah ngalamin hal seperti itu?"

"Pernah", aku mencoba melempar pandangan ke luar jendela, pohon-pohon di samping jalan bergerak ke belakang

"Bagaimana rasanya?" tanyanya

"Jangan mancing aku jadi curhat deh ka!"

"Hahahaha.." tawanya meledak, beberapa penumpang memandang ke arah kami

Angkot terus melaju di jalan yang menghubungkan Panyaweuyan dan Cipanas, hingga akhirnya berhenti disebuah persimpangan. Dan betapa terkejutnya ketika melihat sesosok yang tidak asing dimataku.

"Mang Dayat?!" kataku dalam hati. Betapa herannya aku ketika melihat Mang Dayat sedang berjualan batagor, sementara Mang Dayat yang kukenal selama ini adalah tukang judi dan adu ayam. Alhamdulillah sepertinya Mang Dayat sudah mendapatkan hidayah untuk bekerja dengan halal, pikirku dalam hati.

"Anyway, matamu bagus, tapi kenapa terlihat sembab gitu, abis nangis ya?" Tanya Oval membuyarkan lamunanku tentang Mang Dayat.

"Makasih, sotoy deh ini tuh di pipisin kecoa tau"

"Jujur deh, aku tau kok"

"Tau darimana? Iya deh iya, aku nangis semalem"

"Aku pasang CCTV di kamar kamu, alesannya?"

"Kaya yang pernah ke rumah aku aja, hey ini privasi dong"

"Oh aku ngerti, kelihatannya kamu tegas terhadap perasaan kamu"

"Bukannya cinta harus tegas?"

Dia mengangguk, "Jadi apa yang dia lakuin sampe kamu seperti ini?"

"Seperti ini gimana?", balasku dengan heran

"Menangis sampe mata kamu sembab gitu"

"Gini deh, sekarang aku mau tanya, kenapa kalo pacaran udah lama jadi beda ga seperti pertama-pertama jadian?" tanyaku

"Mungkin bosen atau ada orang ketiga" jawabnya

"Nah itu yang aku rasain" jawabku

Angkot sudah mulai melewati Panyaweuyan, sengaja aku tidak turun karena hari ini ada janji dengan salah satu kawan SMP ku

"Eh kamu turun dimana?" tanyanya

"Aku turun di Cipanas kak, ada janji sama temen"

"Kita akan ketemu lagi?" tanyanya kembali sambil tersenyum

"Mungkin" jawabku dengan singkat

"Jika Tuhan berkonspirasi dengan semesta kita akan bertemu lagi, aku harap begitu"

"Cowok Bandung selalu seperti ini, gombal"

"Hey aku berkata dengan jujur, eh aku sampe lupa, kamu sekolah dimana Widya?" tanyanya

"Aku sekolah keperawatan di SMK deket sini, kakak sendiri?"

"Aku Statistika Unpad, eh makasih ya aku turun duluan, aku suka mata kamu, jangan nangis lagi ya", sambil tersenyum

"Iya ka makasih juga, hati-hati ya" kataku balas dengan senyum juga

Dia menyetop angkot dan turun di pertigaan Kantor Pos, aku melihat keluar jendela, aku pernah berdiri disitu menunggu dia yang mengajakku ngopi tapi ketiduran
Oval terlihat menghampiri laki-laki yang sebaya dengannya menggunakan motor Honda Beat hitam, sepertinya itu temannya yang Oval bilang tadi, mereka salaman lalu Oval pun naik ke motor itu.
Aku mulai bersiap untuk turun depan Multy, saat akan meninggalkan jok tempat duduk aku melihat handphone tergeletak di jok yang baru saja di duduki Oval, aku tersenyum, mayan nih buat dijual. Bukan bukaaan! Aku tersenyum, Tuhan berkonspirasi dengan semesta.


Panyaweuyan, 17 Mei 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Top 10 Film Korea Tersedih Versi Windy

Puisi: Bubur Mang Herman